Prof. Dr. Mubyarto, tidak asing dalam percaturan ekonomi Indonesia. Beliau
salah satu ekonom UGM yang dekat dengan masalah “pedesaaan” dan
kaum pinggiran. Pembelaanya pada masyarakat terpinggir telah banyak dituangkan
dalam karya. Banyak pikiran pembelaannya pada kaum papa mendapatkan “serangan
keras” dari para yuniornya di UGM bahkan para muridnya. Namun pak Muby
demikian tetap pada prinsipnya membela kaum lemah dalam hal ekonomi. Dan pedesaan
adalah salah satu pusat perhatian yang tidak boleh dilupakan karena sumbangannya
pada Negara Indonesia.
Sebagai ekonom, tentulah Prof Muby menghadapi banyak tantangan sekaligus “lawan”
dalam perdebatan akademik bahkan sampai soal-soal kebijakan ekonomi Indonesia.
Kita tahu ekonomi Indonesia lebih berkiblat pada Universitas Indonesia, bukan
Universitas Gadjah Mada. Universitas Indonesia dengan para Begawan ekonomi yang
menjadi teknokrat dan birokrat semacam M. Sadli, Wijojonitisastro, Widjojoyohadikusumo,
dan Emil Salim. Bahkan sampai orde ini beranjak menuju Reformasi Kiblat Ekonomi
Indonesia adalah Universitas Indonesia, bukan Universitas Gadjah Mada.
Prof. Mubyarto mengeluarkan “doktrin” Ekonomi Pancasila, sebagai
ekonomi yang genuine Indonesia. Tetapi gagasannya tentang ekonomi Pancasila
tampak tidak mendapatkan tempat yang sepadan dengan pengakuan akademiknya, bahkan
banyak ekonom yang mencibirnya. Namun zaman Soeharto pernah menempatkan Prof.
Muby sebagai ahli ekonomi pedesaan dengan konsep “Inpres Desa Tertinggal”
(IDT) yang sungguh sangat popular ketika rezim Orde Baru hampir tumbang. Dengan
gagasan IDT Prof. Muby dikritik beberapa pihak karena dianggap tidak berhasil
karena selalu gagal mengatasi persoalan kemiskinan di pedesaan.
Ekonomi Pancasila adalah ekonomi yang merakyat, demikian kira-kira Prof. Muby
hendak mengatakan pada publik dan para ekonom yuniornya. Ekonomi Indonesia bukanlah
ekonomi kapitaliostik neoliberalistik yang akan menghempaskan rakyat kecil dan
pengusaha-pengusaha menengah kebawah gulung tikar. Ekonomi Pancasila adalah
demokratisasi ekonomi yang sejujurnya, hanya saja dalam praktek ekonomi Pancasila
dikebiri oleh para pengambil kebijakan Negara dalam bidang ekonomi Indonesia.
Mungkinkah Ekonomi Pancasila dihidupkan kembali sebagai basis dari ekonomi kerakyatan.
Dengan pernyataan lain, bisakah Ekonomi Kerakyatan di Indonesia berlangsung
saat sekarang ini sedang gandrung dengan ekonomi kapitalistik neoliberalistik?
Bisakah kita belajar pada Prof. Mubyarto membahas fondasi ekonomi Indonesia
yang lebih berpihak pada rakyat, dan mungkinkah Pancasila sebagai basisnya?
Tujuan
Pembicara
Waktu dan tempat
Hari : Kamis, 24 Maret 2011
Waktu : 09.00-12.00 WIB
Tempat : Gedung Sekolah Pascasarjana Lt 5 Universitas Gadjah Mada., Pogung,
Yogyakarta
Peserta
Peserta adalah mahasiswa S1 sampai S3 di Yogyakarta baik UGM, UII, UNY, UIN,
Atmajaya dan lainnya. Selain itu adalah para dosen dan wartawan media massa
cetak dan elektronik.