Rabu (01/11/17), Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik Universitas Gadjah Mada (MPRK UGM) bekerjasama dengan Pusat Studi dan Keamanan Universitas Gadjah Mada (PSKP UGM) laksanakan diskusi mengenai isu bertajuk perdamaian dan intoleransi yang diselenggarakan di Ruang Pertemuan PSKP UGM.
Dikonfirmasikan kepada ketua panitia acara, “agenda ini telah lama disiapkan oleh MPRK dan PSKP sebagai sebuah agenda diskusi publik yang terbuka untuk umum dan diselenggarakan khusus untuk mengenang Almarhum Dr. Samsu Rizal Panggabean, M,Sc. Selaku figur penting di MPRK dan PSKP yang senantiasa menyuarakan isu-isu mengenai perdamaian dan intoleansi baik di ruang akademik ataupun non akademik. Oleh karena itu, acara ini kami kenalkan kepada publik sebagai acara NGOPI: Ngobrolin Perdamaian dan Intoleransi”, tutur Iping Rahmat Saputra.
Dalam diskusi yang dimulai pada pukul 13.00 hingga 16.00 tersebut, terdapat suatu potret manarik. Tidak saja mengenai penuhnya ruang pertemuan oleh para peserta, melainkan mengenai sebaran asal peserta yang cukup luas. Diantaranya ialah peserta yang berasal dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta (UPN), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Institute Seni Yogyakarta (ISI), Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Universitas Airlangga Jawa Timur (UNAIR), serta peserta dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Menghadirkan dua pembicara panel yaitu, Dr. Muhammad Najib Azca, S.Sos M.A (Kepala Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian UGM) dan Dra. Endah Setyowati, M.Si. M.A. (Staff Ahli Pusat Studi dan Pengembangan Perdamaian UKDW), acara diskusi ini berjalan lancar dengan dipimpin oleh seorang moderator yaitu, Widiarsi Agustina yang merupakan Mahasiswi MPRK UGM sekaligus jurnalis Majalah Tempo. Sebagai pembicara pertama, Dr. Muhammad Najib Azca, S.Sos M.A menyampaikan materi pemantik diskusi mengenai hasil riset yang telah Ia lakukan yaitu, intoleransi di Yogyakarta dan Solo sebagai suatu studi komparasi dalam melihat fenomena intoleransi yang mulai meningkat seiringan dengan adanya agenda-agenda politik lokal.
Sedangkan pembicara kedua, Dra. Endah Setyowati, M.Si. M.A. memberikan materi pemantiknya mengenai perdamaian dan intoleransi khusus yang ada di Yogyakarta. Kedua pembicara menggarisbawahi bahwasanya Yogyakarta merupakan wilayah dengan potensi sumber perdamaian yang tinggi sekaligus menjadi wilayah dengan potensi sumber konflik yang tinggi. Isu intoleransi menjadi salah satu problem yang kini sedang dihadapi oleh masyarakat Yogyakarta. (SPs/P.A)