

Jogja, 3/10, Program Studi S2 Ketahanan Nasional (Tannas) Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM, kembali menggelar Guest Lecture bagi mahasiswanya di Ruang Sidang A Lt. 5, Gedung Sekolah Pascasarjana UGM.
Dengan judul “Kerjasama Menghadapi Ancaman Terorisme di Perbatasan Laut dalam Menjaga Stabilitas Keamanan Maritim Kawasan”, Laksamana TNI (Purn) Dr. Marsetio, Kepala Staf TNI Angkatan Laut RI periode 2012-2014 ini, menyampaikan materinya kepada Pengelola dan Mahasiswa S2 Program Studi Ketahanan Nasiona SPs UGM.
Dalam paparannya, Dr. Marsetiyo menyampaikan bahwa Indonesia sebagai wilayah kemaritiman mempunyai potensi yang sangat besar. Akan tetapi potensi tersebut kurang dimaksimalkan terlebih lagi adanya ancaman-ancaman yang mengganggu kedaulatan wilayah perairan Indonesia.
Dr. Marsetio juga menjelaskan bahwa ada 6 elemen penting kekuatan laut/maritim (sea power) yang harus diperhatiakan, diantaranya posisi geografis, bentuk fisik, luas wilayah, jumlah penduduk, karakter bangsa, dan karakter pemerintah. Apabila Indonesia mampu menjunjung elemen-elemen tersebut ketahanan maritim nasional akan terjamin.
Lebih lanjut Dr. Marsetio menyampaikan, permasalahan kemaritiman yang umumnya terjadi di Indonesia adalah sengketa perbatasan laut dengan negara tetangga. Hal ini dikarenakan batas imajiner (frontier) yang belum jelas, perebutan keuntungan ekonomi dari jalur padat pelayaran internasional, serta pembangunan yang tidak merata sehingga masyarakat perbatasan cenderung mengalami kemiskinan, ketertinggalan, kekurangan sarana prasarana, dan sulitnya aksesibilitas yang menyebabkan kurangnya pengawasan oleh negara.Selain sengketa perbatasan ada hal lain yang mengancam daerah kemaritiman Indonesia (Maritime Domain Awareness) yaitu terorisme di laut seperti pembajakan kapal, misalnya kapal MV Sinar Kudus yang dibajak oleh perompak Somalia dan pembajakan kapal WNI oleh kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina.
Menyadari betapa pentingnya peran ketahanan maritim sebaga ketahanan dan kemajuan ekonomi nasional, telah dibentuk Indonesian Osean Police yang bertugas menjaga keamanan maritim Indonesia. Tidak hanya terbatas di Indonesia, beberapa permasalahan yang terjadi di wilayah laut menjadi pembahasan penting dunia. Oleh karena itu sejumlah langkah telah ditempuh untuk mengurangi potensi konflik dan ketegangan di kawasan maritim, baik kesepakatan yang dibentuk oleh ASEAN, PBB, Negara-Negara Kawasan Asia Pasifik maupun perjanjian bilateral berbagai negara di dunia.
Dalam penutupannya Dr. Marsetio menyampaikan hal penting yang harus diubah oleh bangsa Indonesia yaitu karakter pemimpin yang kolot tidak boleh lagi ditumbuhkan untuk menghadapi permasalahan sekarang ini. Mengetahui potensi dan karakter anggota yang dipimpinnya serta berjiwa inovatif adalah kepemimpinan yang dibutuhkan oleh Indonesia agar dapat bertahan dan melawan segala bentuk ancaman kemaritiman yang mengganggu stabilitas ketahanan nasional.(SPs LD/NM;arni).