Seni dan Ilmu Pengetahuan saling terkait.

Dalam rangka Dies ke 33, Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM mengadakan acara Orasi Ilmiah yang berjudul “Seni, Ilmu Pengetahuan, dan Perubahan “ . Orasi Ilmiah disampaikan oleh Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A, Antropolog dan Ketua Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa SPs UGM, di Auditorium Lt. 5, Gd. SPs  pada Kamis, 8 September 2016. Acara dihadiri oleh hampir dua ratus  peserta yang terdiri dari Mahasiswa, Dosen, Tenaga Kependidikan dan Tamu undangan.

Mengawali Orasinya, Dr. Lono menyampaikan bahwa pembahasan dibatasi pada posisi ilmu pengetahuan dan seni terhadap perubahan serta keterkaitannya antara seni dan ilmu pengetahuan, dua bidang yang seringkali dipertentangkan. Dengan demikian, dalam paparannya tidak secara khusus menyoroti perihal bagaimana seni dan ilmu pengetahuan menjawab tantangan krisis kemanusiaan.

Dr. Lono menilai adanya relasi antara Seni, dan Ilmu Pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang tersaji tanpa disertai dengan unsur seni tidak akan membawa dampak. Menurunya juga telah terjadi dinamika antara seni dan ilmu pengetahuan dan dinamika tersebut akan mampu merubah dunia. 

 “Karena saya merasa bahwa sangat perlu untuk orang melihat  bahwa sebenarnya antara seni dan ilmu pengetahuan itu punya koneksitas bukan sesuatu dunia yang berbeda beda sekali ” kata Dr. Lono. Saya ingin menunjukkan relasi relasinya macam apa tapi  juga perbedaan-perbedaannya dimana, supaya seni juga bisa belajar dari ilmu pengetahuan maupun ilmu pengetahuan juga bisa belajar dari Seni” demikian uraian Dr. Lono.

Salah satu pembeda terpenting bahwa ilmu pengetahuan cenderung ingin mencapai generalisasi atau yang umum, sementera seni mengutamakan keunikan, kekhususan. Ilmu pengetahuan ditempuh melalui proses abstarksi, yaitu menemukan keteraturan esensi dalam berbagai kasus, sedangkan seni sentantiasa bekerja kasus per kasus dan melalui wujud-wujud konkrit.

Sementara dalam sambutan pembukaannya, Caretaker Direktur SPs, Prof. dr. Iwan Dwiprahasto berharap bahwa momentum Dies Natalis Sekolah Pascasarjana ini bisa menjadi tonggak sejarah baru dalam pendidikan pascasarjana di Indonesia. Usai orasi ilmiah, acara dilanjutkan dengan potong tumpeng oleh Prof. Iwan yang menandai hari kelahiran SPs UGM . Potongan tumpeng diberikan kepada Dr. Muhammad Ikbal Ahnaf, ketua Intenational Graduate Student and Scholars Conference in Indonesia (IGSSCI) ke 8, yang merupakan puncak acara Dies SPs ke 33 ini.(SPs/arni)