SEMINAR GREAT THINKERS, 23 JUNI 2011

KUNTOWIJOYO, ILMU SOSIAL PROFETIK DAN ASKETISME INTELEKTUAL

Tujuan
Mengurai dan meneladani Kuntowijoyo dalam dunia yang “berbeda” dengan dunia yang dihadapi Kuntowijoyo, sehingga menjadi teladan pada cendekiawan yang lahir dan besar setelah Kuntowijoyo meninggalkan kita untuk selamanya, kecuali karya-karyanya yang masih bisa kita nikmati.

Sejarah sosial dan politik nyaris tidak bisa dibedakan. Dia menyatu dalam satu kerangka persoalan sosial. Sejarah sosial berbicara soal masa lalu dan politik berbicara soal masa kini. Keduanya membahas soal masyarakat dalam lingkup yang luas dan lebih sempit. Tetapi keduanya sama-sama berbicara soal dinamika, perilaku dan kecenderungan-kecenderungan masyarakat.
Kuntowijoyo adalah ilmuwan sejarah, murid Sartono Kartodirjo, sejarawan kawakan dan empu sejarah Indonesia. Kuntowijoyo dalam banyak hal terilhami bahkan sama dengan gurunya itu. Sederhana, detail, tekun, dan tidak gampang tergoda dengan hal ikhwal material. Kuntowijoyo akhirnya tidak kaya material tetapi kaya “penghargaan” intelektual. Sama persis dengan gurunya, Sartono Kartodirjo.
Kepiawian Kuntowojoyo dalam bidang sejarah sosial tak diragukan. Setelah selesai Doktor di Columbia University tahun 1980, langsung menggebrak dan mengabdi di almamaternya dengan pendekatan dan karya baru tentang sejarah sosial yang ditekuninya di Columbia University tersebut. Buku Metodologi Sejarah adalah karya nyata Kuntowijoyo dalam bidang sejarah yang ditekuni. Tentu saja karya disertasinya, Sosial Change in an Agrarian Society : Madura 1850-1950. Sejarah dan Dinamika Umat Islam Indonesia, Budaya dan Masyarakat, dan Paradigma Islam : Interpretasi untuk Aksi merupakan karya penting Kuntowijoyo.
Dalam banyak hal akademik Kuntowijoyo telah “meninggalkan jejak” yang sangat penting dan tentu bermanfaat. Tidak diragukan tentang komitmenya dalam bidang akademik. Sesuatu yang sekarang agak kurang kita dapatkan adalah sikapnya yang sederhana dalam hal material tetapi tinggi komitmennya dalam bidang akademik. Tentu ada banyak perbedaan yang dihadapi oleh Kuntowijoyo dengan intelektual sepeninggal Kuntowijoyo. Banyak tantangan yang dihadapi Kuntowijoyo berbeda dengan intelektual lainnya.
Hal yang tidak bisa dipandang remeh adalah sumbangan Kuntowijoyo dalam hal pengembangan ilmu sosial, yakni dinamakan Ilmu Sosial Profetik (ISP) yang menurutnya derivasi dari pemahaman (internalisasi) Keislaman Kuntowijoyo dengan Kitab Suci Al-quran. Sebagai seorang ilmuwan sosial (sejarah) Kuntowijoyo tidak alergi terhadap ilmu sosial barat, tetapi tetap memakainya dengan menambahkan dan kritis apa yang dipakainya. Inilah posisi Kuntowijoyo yang sebenarnya sangat tinggi.
ISP beranjak dari tradisi Ilmu Teologi Pembebasan di Amerika Latin yang banyak tertindas sehingga ingin keluar dari ketertindasan yang dialaminya sehingga menjadi terbuka dan merdeka. Kuntowijoyo membawanya dalam tradisi ilmu sosial profetik untuk Indonesia. Indonesia menjadi penting dengan kondisi yang masih under development dan banyak yang tertindas.
Kuntowijoyo adalah eksemplar yang bisa menjadi tauladan intelektual sekarang di dunia perguruan tinggi yang banyak “tawaran” dan tantangan, material bergelimang di depan hidung. Kesederhanaan Kuntowijoyo tidak berbanding lurus dengan karya yang dibuatnya. Sederhana tetapi tetap berkarya dengan hebat penuh semangat. Kuntowijoyo intelektual, budayawan, cendekiawan muslim dan sastrawan kenamaan.

Pembicara :
Prof. Drs. Purwo Santoso, MA.,Ph.D. (ISIPOL UGM)
Prof. Dr. Bambang Purwanto, MA. (FIB UGM)

Waktu : Kamis, 23 Juni 2011,
Pukul : 09.30 – 12.000
Tempat : Gedung Sekolah Pascasarjana UGM Lt 5

Peserta : Peserta Great Thinkers adalah mahasiswa strata satu, mahasiswa strata dua dan tiga, dosen, wartawan serta masyarakat umum yang tertarik.