Kunjungan lapangan ini dalam rangka mengenal upaya penanganan masalah sampah di Rumah Inovasi Daur Ulang (RInDU) dan memahami aspek-aspek non teknis (sosial, budaya) dalam upaya penanganan masalah sampah.
Dalam sambutannya, Alan Soffan, S.P., M.Sc., Ph.D., Kepala PIAT UGM menyatakan bahwa penggunaan teknologi dalam pengelolaan sampah merupakan hal yang kecil.
Hal yang paling besar adalah masalah budaya, masalah kebiasaan masyarakat yang belum sadar untuk mengelola sampah yang dihasilkan. Untuk itu, kampanye-kampanye sangat dibutuhkan untuk menyadarkan masyarakat. Selama ini, mahasiswa UGM yang berkunjungan ke PIAT kebanyakan dari Fakultas Teknik, Ilmu Lingkungan dan Biologi. Kehadiran dosen dan mahasiswa Agama dan Lintas Budaya diharapkan dapat memperkuat kampanye edukasi pengelolaan sampah di masyarakat.
Menurut Pipit Noviyani, S.Si., staf PIAT, pengolahan sampah yang dilaksanakan PIAT UGM dimulai dari pemilahan, selanjutnya pengolahan sampah organik melalui pengomposan, biokonversi maggot BSF dan pembuatan pupuk cair. Adapun pengolahan sampah anorganik seperti sampah plastik melalui proses pirolisis, hidrothermal, pembuatan batako plastik; hingga pemrosesan akhir sampah melalui insinerasi atau proses pembakaran sampah hingga menjadi abu.
Dalam penjelasannya, Pipit menyatakan bahwa saat ini, kendala yang dihadapi PIAT UGM adalah masalah pendanaan, keterbatasan alat dalam mengelola sampah dan masih kurangnya SDM dalam pengelolaan sampah. Untuk itu, bagi mahasiswa yang tertarik, dapat mengikuti program magang di PIAT UGM.
Dalam diskusi, Prof. Dr. Frans Wijsen, salah satu dosen pengampu mata kuliah Agama dan Lingkungan menyatakan bahwa masalah sampah adalah masalah etika, masalah moral. Masyarakat sebaiknya berhati-hati dengan air mineral dalam botol plastik. Air mineral tersebut murah, akan tetapi limbah yang dihasilkan sangat besar.
Lebih lanjut Dr. Zainal Abidin Bagir menyatakan bahwa mengingat keterbatasan PIAT dalam mengelola sampah, dan masih banyaknya sampah organik yang bercampur dengan sampah non organik ketika dikirim ke PIAT, setiap Fakultas sebaiknya lebih tekun lagi dalam memilah sampah dan kedepannya dapat menyelesaikan sendiri sampahnya, tidak hanya bergantung ke PIAT.
Dr. Samsul Maarif selaku Kaprodi ALB menyatakan bahwa kunjungan lapangan ke PIAT merupakan langkah awal yang dilakukan Prodi-prodi di SPs. Rencana kedepan, Prodi-prodi ini akan melakukan kegiatan pengabdian masyarakat bekerja sama dengan PIAT dalam pengelolaan sampah.
Kunjungan ini merupakan bagian dari tugas mata kuliah Agama dan Lingkungan yang diselenggarakan Prodi S2 ALB. Sebelumnya, pada bulan Maret 2024, dosen dan mahasiswa Prodi ALB juga melakukan kunjungan lapangan ke Kali Code untuk belajar bagaimana komunitas masyarakat di Kali Code menyikapi masalah isu-isu lingkungan
Pengelolaan sampah merupakan salah satu usaha UGM untuk mendukung SDGs nomor 12 tentang Responsible Consumption and Production.
Penulis : Linah Khairiyah Pary dan Nurlina Sari
Editor : Arni Wistriatun
Foto : Dok. Prodi ALB